RSS

Wisata Bogor

06 Feb

Jalan-jalan lagih… cihuuuii…. kali ini ke kota bogor… mariii…. sebenernya udah beberapa kali sih gue maen ke bogor, dari acara hang out ama temen sampe acara kondangan, sampe acara ngunjungin obyek2 wisata, sampe acara shopping, hehe. Tapi baru sempet nulis tentang bogor sekarang ^_^ Yang menarik dari Bogor tentu saja kota ini sejuk sekali, saking sejuknya,  ujan seneng mampir di mariii…. ups itu emang julukannya.. heuheu.. Bogor dijuluki kota hujan karena  secara geografis, bogor terletak di dataran yang cukup  tinggi dan mempunyai curah hujan yang tinggi yaitu sekitar 3000 s/d 4000 mm per tahun (gue yang ngitungin itu curah ujan, suer … hihihi lebay).

O, ya biarpun sering ujan, tapi bogor asik banget dijadikan tempat untuk jalan-jalan dan belanja loh, pan bisa pake payung kalo ujan turun mah, pokonya, ga perduli ujan turun, yang penting belanja jalan terus… *prinsip-hidup*

ada banyak obyek wisata di Bogor yang asik untuk dikunjungi…. jadi kalo lagi suntuk, maen2 aja ke mariih… di sini ada yang namanya kebun raya bogor (iya, yang terkenal ituh!), terus istana bogor, museum zoologi, situ gede, prasasti batu tulis, museum etnobotani, kawasan wisata gunung salak endah (GSE), curug nangka, curug luhur, kampung wisata tradisional cinangneng, goa gudawang, air panas ciseeng, batu tulis ciaruteun dan yang lainnya. Banyak kan? nah untuk menjelajahi berbagai tempat itu diperlukan waktu lebih dari sehari, jadinya emang harus bolak – balik ke mariii *iya, bolak-balik kayak setrikaan* … hehe

Tapi sebelum membahas tempat2 wisata tersebut, baiknya kita lihat dulu sekilas  sejarah  kota Bogor. Yuk ya yuk…

Arti nama Bogor dan Sejarah Kota Bogor

Bogor artinya adalah ‘tunggul kawung’, tapi juga bisa berarti ‘daging pohon kawung’ (yang biasa dijadikan sagu). Dalam bahasa Jawa “Bogor” berarti pohon kawung dan kata kerja “dibogor” berarti disadap. Dalam bahasa Jawa Kuno, “pabogoran” berarti kebun kaung. Dalam bahasa Sunda umum, menurut Coolsma, “Bogor” berarti “droogetapte kawoeng” (pohon enau yang telah habis disadap) atau “bladerlooze en taklooze boom” (pohon yang tak berdaun dan tak bercabang).

Kota Bogor mempunyai sejarah yang panjang dalam Pemerintahan, mengingat sejak zaman Kerajaan Pajajaran sesuai dengan bukti-bukti yang ada seperti Prasasti Batu Tulis,  terus bukti nama-nama kampung seperti  Lawanggintung, Lawang Saketeng, Jerokuta, Baranangsiang dan Leuwi Sipatahunan diyakini bahwa Pakuan sebagai Ibukota Pajajaran terletak di Kota Bogor.
Pakuan sebagai pusat Pemerintahan Pajajaran terkenal pada pemerintahan Prabu Siliwangi (Sri Baginda Maharaja) yang penobatanya tepat pada tanggal 3 Juni 1482, yang selanjutnya hari tersebut dijadikan hari jadi Bogor dan selalu diperingati setiap tahunnya sampai sekarang.

Namun sayangnya, catatan komplit tentang Pakuan hilang akibat penyerbuan tentara Banten ke Pajajaran. Namun sejarahnya bisa ditelurusi setelah datangnya rombongan ekspidisi orang-orang Belanda yang dipimpin oleh Scipio dan Riebeck pada tahun 1687, dimana mereka datang untuk melakukan penelitian mengenai Prasasti Batutulis dan situs-situs lainya.

Pada tahun 1745 Gubernur Jendral Hindia Belanda pada waktu itu,  BaroVan n Inhoff membangun Istana Bogor, seiring dengan pembangunan jalan Raya Daendless yang menghubungkan Batavia dengan Bogor, sehingga keadaan Bogor mulai bekembang.

Tokoh lain yang cukup berperan penting dalam mengembangkan kota Bogor adalah Thomas Rafless, Gubernur Jenderal Inggris, dimana Istana Bogor direnovasi dan sebagian tanahnya dijadikan Kebun Raya (Botanical Garden). Rafless lalu mempekerjakan seorang Planner yang bernama Carsens yang menata Bogor menjadi kota peristirahatan yang  cantik yang dikenal dengan nama Boeitenzorg.

Tempat peristirahatan tersebut pastinya dibangun untuk kepentingan orang-orang Belanda dan orang-orang Eropa.

Pada tahun 1922 sebagai akibat dari ketidakpuasan terhadap peran desentralisasi yang ada maka terbentuklah Bestuursher Voorings Ordonantie atau Undang-undang perubahan tata Pemerintahan Negeri Hindia Belanda, sehinga pada tahun 1992 terbentuklah Regentschaps Ordonantie (Ordonantie Kabupaten) yang membuat ketentuan-ketentuan daerah Otonomi Kabupaten.

Propinsi Jawa Barat dibentuk pada tahun 1925  yang terdiri dari 5 keresidenan, 18 Kabupaten (Regentscape) dan Kotapraja (Staads Gemeente), dimana Boeitenzorg (Bogor) salah satu Staads Gemeente di Propinsi Jawa Barat di bentuk berdasarkan Desentralisasi Modern, dimana kedudukan Bugermeester menjadi jelas.

Pada masa pendudukan Jepang kedudukan pemerintahan di Kota Bogor menjadi lemah karena pemerintahan dipusatkan pada tingkat keresidenan. Pada masa ini nama-nama lembaga pemerintahan berubah namanya yaitu: Keresidenan menjadi Syoeoe, Kabupaten/Regenschaps menjadi ken, Kota/Staads Gemeente menjadi Si, Kewedanaan /Distrik menjadi Gun, Kecamatan/Under Districk menjadi Soe dan desa menjadi Koe.

Pada masa setelah kemerdekaan, yaitu setelah pengakuan kedaulatan RI, pemerintahan di Kota Bogor namanya menjadi Kota Besar Bogor yang dibentuk berdasarkan Undang-undang  Nomor 16 Tahun 1950. Selanjutnya pada tahun 1957 nama pemerintahan berubah menjadi Kota Praja Bogor, sesuai dengan Undang-undang Nomor. 1 Tahun 1957, kemudian dengan Undang-undang Nomor 18 tahun 1965 dan Undang-undang No. 5 Tahun 1974 berubah kembali menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Bogor. Dengan diberlakukanya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, Kotamadya Daerah Tingkat II Bogor dirubah menjadi Kota Bogor.

Obyek Wisata Di Kota Bogor

1. Kebun raya bogor

Kebun Raya Bogor pada mulanya merupakan bagian dari ‘samida’ (hutan buatan atau taman buatan) yang paling tidak telah ada pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi, 1474-1513) dari Kerajaan Pajajaran, sebagaimana tertulis dalam prasasti Batutulis.  Hutan buatan itu ditujukan untuk keperluan menjaga kelestarian lingkungan sebagai tempat memelihara benih benih kayu yang langka. Di samping samida itu dibuat pula samida yang serupa di perbatasan Cianjur dengan Bogor (Hutan Ciung Wanara).

Pada awal 1800-an Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles, yang mendiami Istana Bogor dan memiliki minat besar dalam botani, tertarik mengembangkan halaman Istana Bogor menjadi sebuah kebun yang cantik. Dengan bantuan para ahli botani, W. Kent, yang ikut membangun London’s Kew Garden, Raffles menyulap halaman istana menjadi taman bergaya Inggris klasik.

Ide pendirian Kebun Raya bermula dari seorang ahli biologi yaitu Prof. Caspar Georg Karl Reinwardt yang menulis surat kepada Komisaris Jenderal G.S.G.P. van der Capellen. Dalam surat itu terungkap keinginannya untuk meminta sebidang tanah yang akan dijadikan kebun tumbuhan yang berguna, tempat pendidikan guru, dan koleksi tumbuhan bagi pengembangan kebun-kebun yang lain.

Prof. Reinwardt adalah seorang berkebangsaan Jerman yang berpindah ke Belanda dan menjadi ilmuwan botani dan kimia. Ia lalu diangkat menjadi menteri bidang pertanian, seni, dan ilmu pengetahuan di Jawa dan sekitarnya. Ia tertarik menyelidiki berbagai tanaman yang digunakan untuk pengobatan. Ia memutuskan untuk mengumpulkan semua tanaman ini di sebuah kebun botani di Bogor, yang saat itu disebut Buitenzorg (dari bahasa Belanda yang berarti “tidak perlu khawatir”). Reinwardt juga menjadi perintis di bidang pembuatan herbarium. Ia kemudian dikenal sebagai seorang pendiri Herbarium Bogoriense.

Pada  18 Mei 1817, Gubernur Jenderal Van Der Capellen secara resmi mendirikan Kebun Raya Bogor dengan nama s’Lands Plantentuinte Buitenzorg. Pendiriannya diawali dengan menancapkan ayunan cangkul pertama di bumi Pajajaran sebagai pertanda dibangunnya pembangunan kebun itu, yang pelaksanaannya dipimpin oleh Reinwardt sendiri, dibantu oleh James Hooper dan W. Kent (dari Kebun Botani Kewyang terkenal di kota Richmond, Inggris). Sekitar 47 hektar tanah di sekitar Istana Bogor dan bekas samida dijadikan lahan pertama untuk kebun botani. Reinwardt menjadi pengarah pertamanya dari 1817 sampai 1822. Kesempatan ini digunakannya untuk mengumpulkan tanaman dan benih dari bagian lain Nusantara. Dengan segera Bogor menjadi pusat pengembangan pertanian dan hortikultura di Indonesia. Pada masa itu diperkirakan sekitar 900 tanaman hidup ditanam di kebun tersebut.

Pada tahun 1822 Reinwardt kembali ke Belanda dan digantikan oleh Dr. Carl Ludwig Blume yang melakukan inventarisasi tanaman koleksi yang tumbuh di kebun. Ia juga menyusun katalog kebun yang pertama berhasil dicatat sebanyak 912 jenis (spesies)  tanaman. Pelaksanaan pembangunan kebun ini pernah terhenti karena kekurangan dana tetapi kemudian dirintis lagi oleh Johanes Elias Teysmann (1831), seorang ahli kebun istana Gubernur Jenderal Van den Bosch. Dengan dibantu oleh Hasskarl, ia melakukan pengaturan penanaman tanaman koleksi dengan mengelompokkan menurut suku (familia).

Teysmann kemudian digantikan oleh Dr. Scheffer pada tahun 1867 menjadi direktur, dan dilanjutkan kemudian oleh Prof. Dr. Melchior Treub.

Pendirian Kebun Raya Bogor bisa dikatakan mengawali perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Dari sini lahir beberapa institusi ilmu pengetahuan lain, seperti Bibliotheca Bogoriensis (1842), Herbarium Bogoriense (1844), Kebun Raya Cibodas (1860), Laboratorium Treub (1884) dan Museum dan Laboratorium Zoologi (1894).

Pada tanggal 30 Mei 1868 Kebun Raya Bogor secara resmi terpisah pengurusannya dengan halaman Istana Bogor.

Kebun Raya Bogor selalu mengalami perkembangan yang berarti di bawah kepemimpinan Dr. C. L. Blume (1822), J.E. Teysmann dan Dr. Hasskarl (jaman Gubernur Jenderal Van den Bosch), J. E. Teysmann dan Simon Binnendijk, Dr. R.H.C.C. Scheffer (1867), Prof. Dr. Melchior Treub (1881), Dr. Koningsberger (1904), Van den Hornett (1904), dan Prof. Ir. Kustono Setijowirjo (1949), yang merupakan orang Indonesia pertama yang menjabat suatu pimpin lembaga penelitian yang bertaraf internasional.

2. Istana Bogor

Berawal dari keinginan orang – orang Belanda yang bekerja di Batavia (Jakarta) untuk mencari tempat peristirahatan secara Batavia terlalu panas dan ramai, maka dibangunlah istana Bogor.

Gubernur Jendral Belanda G.W. Baron van Imhoff, ikut melakukan pencarian lookasi dan berhasil menemukan sebuah tempat strategis di sebuah kampung yang bernama Kampong Baroe, pada tanggal 10 Agustus 1744.

Setahun kemudian, yaitu pada tahun 1745 Gubernur Jendral van Imhoff (1745 – 1750) memerintahkan pembangunan atas tempat pilihannya itu sebuah pesanggrahan yang diberi nama Buitenzorg, (artinya bebas masalah/kesulitan). Dia sendiri yang membuat sketsa bangunannya dengan mencontoh Blenheim Palace, kediaman Duke of Malborough, dekat kota Oxford di Inggris. Proses pembangunan gedung itu dilanjutkan oleh Gubernur Jendral yang memerintah selanjutnya yaitu Gubernur Jendral Jacob Mossel.

Dalam perjalanan sejarahnya, istana Bogor sempat mengalami rusak berat sebagai akibat serangan rakyat Banten yang anti Kompeni, di bawah pimpinan Kiai Tapa dan Ratu Bagus Buang, yang disebut Perang Banten (1750 – 1754).

Pada masa Gubernur Jendral Willem Daendels (1808-1811), pesanggrahan tersebut diperluas dengan memberikan penambahan baik ke sebelah kiri gedung maupun sebelah kanannya. Gedung induknya dijadikan dua tingkat. Halamannya yang luas juga dipercantik dengan mendatangkan enam pasang rusa tutul dari perbatasan India dan Nepal.

Kemudian pada masa pemerintahan Gubernur Jendal Baron van der Capellen (1817 – 1826), dilakukan perubahan besar – besaran. Sebuah menara di tengah – tengah gedung induk didirikan sehingga istana semakin megah, Sedangkan lahan di sekeliling istana dijadikan Kebun Raya yang peresmiannya dilakukan pada tanggal 18 Mei 1817.
Gedung ini kembali mengalami kerusakan berat, ketika terjadi gempa bumi pada 10 oktober 1834.

Ketika Gubernur Jendral Albertus Yacob Duijmayer van Twist (1851 – 1856) berkuasa, bangunan lama sisa gempa dirubuhkan sama sekali. Kemudian dengan mengambil arsitektur eropa Abad IX, bangunan baru satu tingkat didirikan. Perubahan lainnya adalah dengan menambah dua buah jembatan penghubung Gedung Induk dan Gedung Sayap Kanan serta Sayap Kiri yang dibuat dari kayu berbentuk lengkung. Bangunan istana baru terwujud secara utuh pada masa kekuasaan Gubernur Jendral Charles Ferdinand Pahud de Montager (1856 – 1861). Selanjutnya tepatnya tahun 1870, Istana Buitenzorg ditetapkan sebagai kediaman resmi para Gubernur Jendral Belanda.

Akhir perang dunia II, Jepang menyerah kepada tentara Sekutu, kemudian Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Barisan Keamanan Rakyat (BKR) sempat menduduki Istana Buitenzorg untuk mengibarkan bendera merah putih. Istana Buitenzourg yang namanya kini menjadi Istana Kepresidenan Bogor diserahkan kembali kepada pemerintah republik ini pada akhir tahun 1949. Setelah masa kemerdekaan, Istana Kepresidenan Bogor mulai dipakai oleh pemerintah Indonesia pada bulan Januari 1950.

Kepustakaan dan Benda Seni

Istana Kepresidenan Bogor mempunyai koleksi buku sebanyak 3.205 buah yang daftarnya tersedia di kepustakaan istana. Istana ini menyimpan banyak benda seni, baik yang berupa lukisan, patung, serta keramik dan benda seni lainnya. Hingga kini lukisan yang terdapat di istana ini adalah 448 buah, dimana judul/nama lukisan itu, pelukisnya, tahun dilukisnya, tersedia dalam bentuk daftar sehingga memudahkan siapa saja yang ingin memperoleh informasi tentang lukisan tersebut. Begitu pula halnya dengan patung dengan aneka bahan bakunya. Di istana ini terdapat patung sebanyak 216 buah.

Di samping lukisan dan patung, Istana Bogor juga mengoleksi keramik sebanyak 196 buah. Semua itu tersimpan di museum istana, di samping yang dipakai sebagai pemajang di setiap ruang/bangunan istana.

3. Museum Zoologi

Museum zoologi Bogor adalah sebuah bangunan museum yang didirikan pada bulan Agustus 1894 oleh Dr. J.C. Koningsberger yang bertujuan untuk mengumpulkan fauna atau berbagai binatang yang di awetkan. Terletak di  Jalan Ir. H. Juanda No. 9, Bogor, Jawa Barat dengan luas ruang 1.500m2.

Hingga kini, museum ini setidaknya sudah mengumpulkan hampir 2.000 jenis binatang. Koleksi binatang-binatang yang sudah diawetkan di museum zoologi ini terdiri dari berbagai macam binatang yang ada di Indonesia, selain itu juga terdapat kerangka ikan paus biru (Balanoptera musculus) yang terbesar di Indonesia.

Kamu akan berdecak kagum dengan koleksi berbagai macam spesies. Diantaranya  650 jenis binatang mamalia (menyusui), 1100 jenis burung yang berasal berbagai wilayah di Indonesia, 600 jenis reptil dan ikan, moluska yang terdiri dari 2300 jenis, 10.000 jenis serangga serta 700 jenis invertebrate lainnya.

Selain menampilkan koleksi fauna yang diawetkan, museum ini juga menjadi sebuah lembaga besar yang meliputi penelitian zoology. Bahkan sejak Agustus 1997 museum yang dibawah naungan Pusat Penelitian Biologi-LIPI ini sudah memiliki Gedung Widyasatwaloka di Cibinong, yang merupakan gedung untuk penelitian satwa.

Saat ini Museum Zoologi sering dikunjungi oleh kalangan sekolah dan umum, karena apa yang ditampilkan dalam museum ini memiliki nilai pengetahuan yang berguna.

4. Situ Gede

Kawasan Situ Gede merupakan suatu kawasan yang masih bernuansa alam pedesaan. Disana selain kamu bisa menemukan danau yang berair tenang, kamu juga bisa nemuin pepohonan yang rindang. Yang punya hobi wisata air, jangan takut, kamu bisa  melakukan hobi kamu di sini kayak naik perahu dan lainnya.

Situ gede (danau gede) terletak  di desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat atau dekat dengan Lembaga Penelitian Hutan Tropis (CIFOR). Untuk mencapai situ gede, dari terminal Baranangsiang Bogor, kamu  cukup naik angkot jurusan Bubulak/Laladon, disambung dengan angkot Jurusan Sindang Barang Jero (SBJ).

Kawasan Situ Gede sangat tepat dijadikan obyek wisata alam karena tempatnya yang masih alami. Pada setiap akhir pekan banyak pengunjung yang sengaja berolahraga bersepeda sekaligus menikmati pemandangan danau dan hutan di marii. Jadi tunggu apa lagi, luangkan waktumu dan kunjungi tempat yang asik inih, hehe…

5. Prasasti Batu Tulis

Prasasti batu tulis adalah suatu situs yang terletak di desa Batu Tulis, Sukasari Bogor. Situs tersebut merupakan peninggalan Kerajaan Pajajaran. Prasasti dibuat pada tahun 1533M (1455 Saka) oleh Raja Surawisesa (1521-1535M) yang merupakan penerus Kerajaan Padjajaran. Tujuan pembuatan prasasti ini adalah untuk mengenang kebesaran ayahandanya, yaitu Sri Baduga Maharaja atau yang lebih dikenal sebagai Prabu Siliwangi yang memerintah Kerajaan Padjajaran tahun 1482-1521M atau 1404-1443 Saka.

Komplek Prasasti Batu tulis memiliki luas 17 X 15 m. Batu Prasasti berupa sebuah batu trasit berwar­na hitam, berbentuk kerucut dengan puncak terpancung dan kakinya berlekuk-Iekuk. Ukuran tinggi 151 cm, lebar bagian dasar 145 cm, dan tebalnya antara 12 – 14 cm. Pada batu ini berukir kalimat-kalimat dengan huruf Sun­da kawi. Besar aksara itu sendiri kurang lebih 3 x 3 cm, berwarna keputihan.

Kalimat prasasti berbunyi:

Wangna pun ini sakakala, prebu ratu purane pun, diwastu diya wingaran prebu guru dewataprana di wastu diya wingaran sri baduga maharaja ratu hajj di pakwan pajajaran seri sang ratu dewata pun ya nu nyusuk na pakwan diva anak rahyang dewa niskala sa(ng) sida mokta dimguna tiga i(n) cu rahyang niskala-niskala wastu ka(n) cana sa(ng) sida mokta ka nusalarang, ya siya ni nyiyan sakakala gugunungan ngabalay nyiyan samida, nyiyanl sa(ng)h yang talaga rena mahawijaya, ya siya, o o i saka, panca pandawa e(m) ban bumi  00.

Artinya :

Semoga selamat, ini tanda peringatan (untuk) Prabu Ratu almarhum Dinobatkan dia dengan nama Prabu Guru Dewataprana, dinobatkan (Iagi) dia dengan nama Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata. Dialah yang membuat parit (pertahanan) Pakuan.

Dia putera Rahiyang Dewa Niskala yang dipusarakan di Gunatiga, cucu Rahiyang Niskala Wastu Kencana yang dipusarakan ke Nusa Larang. Dialah yang membuat tanda peringatan berupa gunung-gunungan, membuat undakan untuk hutan Samida, membuat Sahiyang Telaga Rena Mahawijaya (dibuat) dalam Saka 1455.

Di komplek Prasasti juga dijumpai antara lain Batu Tapak (bekas telapak kaki Prabu Surawisesa), meja batu bekas tempat sesajen pada setiap perayaan, batu bekas sandaran tahta bagi raja yang dilantik, batu lingga dan lima buah tonggak batu yang merupakan punakawan (pengiring-penjaga-emban) dari batu lingga. Batu lingga ini adalah bekas tongkat pusaka kera­jaan Pajajaran yang melambangkan kesuburan dan kekuatan. Sekitar 200 meter dari komplek Prasasti, yaitu di daerah Panaisan yang merupakan bekas alun-alun kerajaan Pa­jajaran juga dapat ditemui 4 buah area batu.

Keempat area tersebut adalah patung Purwakali, Gelak Nyawang, Kidang Pinanjung dan Layung Jambul yang kanan masing-masing adalah Mahaguru, pengawal, dan pengasuh Prabu Siliwangi. Sayangnya sekarang patung batu ini sudah tiada kepalanya. Dicuri orang yang tidak menghargai warisan budaya bangsa.

Kekuatan dan keagungan Prabu Siliwangi dipercaya bersemayam di dalam Batu Tulis sehingga memberikan perlindungan pada negara dari serangan musuh dan memberi kekuatan pada Raja yang memerintah. Kekuatan yang dimaksud adalah kekuatan batin Prabu Siliwangi bersama para raja-raja terdahulu yang terus menaungi dan melindungi kerajaan dengan energi cinta dan  kasih.

6. Museum Etnobotani

Museum Etnobotani adalah sebuah museum yang menggabungkan antara ilmu botani dan berbagai karya budaya etnik Indonesia. Museum ini terletak di jl. Ir. H. Juanda No. 22-24 Bogor.

Pengertian Etnobotani

Istilah Etnobotani diperkenalkan di Indonesia sekitar tahun 1895 oleh seorang Antropologi Amerika bernama Harshberger yang mencakup pengetahuan tentang jenis-jenis tumbuhan yang digunakan sebagai bahan makanan, pakaian, bangunan, pekakas, obat-obatan dan sesaji dalam upacara adat dan lain-lain. Etnobotani secara etimologi berasal dari kata “etno” yang berarti bangsa dan “botani” ilmu yang mempelajari tumbuh-tumbuhan. Jadi, Etnobotani adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan antara tumbuh-tumbuhan yang dimanfaatkan oleh suku/bangsa tertentu atau penduduk asli untuk kepentingan hidup sehari-hari.

Sejarah Singkat Museum Etnobotani Indonesia

Gagasan untuk mendirikan Museum Etnobotani (MEI) mula-mula dicetuskan oleh Prof. Sarwono Prawirohardjo, yang ketika itu menjabat sebagai Ketua Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI) sekarang Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), bertepatan dengan peletakan batu pertama pembangunan Herbarium Bogoriense pada tahun 1962. Gagasan tersebut dimantapkan kembali ketika Dr. Setiaji Sastrapraja yang menjabat sebagai Direktur Lembaga Biologi Nasional (LBN) pada tahun 1975 mengadakan pertemuan dengan para tokoh permuseuman, ahli ilmu sosial, kemasrakatan dan antrofologi serta pakar-pakar botani.
Koleksi aretefakta dikumpulkan dari berbagai daerah di Indonesia oleh para peneliti yang khususnya dari Lembaga Biologi Nasional atau Puslit Biologi sekarang. Setelah melalui proses yang panjang, Museum Etnobotani terwujud dan diresmikan oleh Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie pada tanggal 18 Mei 1982 yang bertepatan dengan hari ulang tahun Kebun Raya Indonesia di Bogor yang ke 165.

Lokasi ruang pameran sebelum diisi dengan koleksi/artefak sekarang adalah ruangan koleksi batu mineral yang sekarang berada di Museum Geologi Bandung. Letak ruang pameran Museum Etnobotani Indonesia berada di Lantai Dasar Gedung Herbarium Bogoriense atau Bidang Botani Puslit Biologi sekarang. Lokasi cukup strategis karena berada di tengah kota Bogor dan berdekatan dengan Kebun Raya Indonesia Bogor. Hingga sekarang obyek wisata ilmiah Museum Etnobotani Indonesia ini dikelola oleh Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor.
Museum Etnobotani Indonesia merupakan salah satu obyek wisata ilmiah, karena didalamnya memberikan informasi pengetahuan tentang bagaimana tumbuhan atau sumber daya nabati terdapat hubungan/kaitan dengan suku-suku bangsa di Indonesia terutama untuk pemanfaatan dalam kehidupan sehari-hari.

 
2 Komentar

Ditulis oleh pada Februari 6, 2011 inci Travelling

 

2 responses to “Wisata Bogor

  1. Oka Maulana

    Maret 24, 2012 at 11:44 +07:00

    waduh bagus sekali ceritanya…..sayang ada kata kata:rese emang tuh tentara banten,huh……jangan ada umpatan ditulisan anda yg indah ini,anda hanya menodai tulisan yg very beautiful……. sayang……….teruskan budaya menulis anda,kami sangat menghargainya….salam…(entol menes)

     
    • Shatikah

      Maret 27, 2012 at 1:29 +07:00

      iya, udah diedit, makasih masukannya yaa ^___^

       

Tinggalkan komentar